Jakarta – Kritik pedas, kecaman, dan hujatan tentang beberapa insiden keamanan pangan menghiasi konten-konten media sosial hari ini. Berita tentang keracunan setelah menyantap hidangan MBG (Makan Bergizi Gratis) muncul hampir setiap hari. Talkshow dan podcast di media alternatif pun terus mempertanyakan efektivitas program MBG.
Tapi banyak warga yang tidak mengetahui, bahwa Badan Gizi Nasional (BGN) bertindak tegas dengan menghentikan operasi dapur-dapur MBG bermasalah. Masyarakat pun yang tidak memahami, bahwa ternyata ribuan siswa, santri, ibu hamil, ibu menyusui, dan balita, sangat berharap, untuk tetap menerima kiriman Makan Bergizi Gratis (MBG).
“Kami trenyuh sekali kepada anak-anak yang selama ini menerima MBG, namun sekarang terpaksa berhenti. Kami sangat-sangat kasihan, soalnya mereka banyak yang bertanya-tanya, kapan dapat menerima lagi,” kata Taryani, mitra BGN dari Yayasan dan Mitra SPPG Kebumen Petanahan, Kebumen, Jawa Tengah. Ia sangat berharap, Program MBG yang dikelola SPPGnya bisa segera memberikan manfaat kepada anak-anak yang kurang mampu lagi.
Azharul Muttaqin dari yayasan Pondok Pesantren Garuda, Blitar, Jawa Timur, mengatakan bahwa program MBG sangat membantu pesantren yang diasuhnya. Sebab, selama ini uang 10 ribu adalah bujet makan setiap santri untuk 3 kali makan per hari. Karena itu, para santri sangat senang menerima kiriman makanan MBG. “Ketika saat ini sudah dua minggu diputus (dihentikan operasi), mereka banyak yang bertanya, kapan MBG dimulai lagi?” ujarnya.
Program MBG, menurut dia, juga sangat berpengaruh di tengah masyarakat. Tidak hanya meningkatkan asupan gizi para santri dan siswa sekolah, masyarakat pun mulai merasakan dampaknya. Banyak orang yang kembali bekerja, UMKM tumbuh, hasil pertanian pun terbeli. “Program MBG telah menggerakkan ekonomi Masyarakat di Blitar. Jadi siapa pun Presidennya, program ini harus terus berjalan,” kata Muttaqin.
Irwan Bora, mitra dari Yayasan Griya Rizki Babus Salam, Desa Tungkaran, Kecamatan Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, juga membenarkan bahwa program MBG dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. “Ada efek domino, untuk ketahanan pangan, pertanian, dan perikanan. Semua masyarakat bisa merasakan, betapa MBG sangat bermanfaat bagi seluruh rakyat Indonesia,” ujarnya.
Semua itu terungkap dalam Rapat Koordinasi Kejadian Menonjol terkait Konsumsi MBG, yang digelar di Royal Kuningan Hotel, Jakarta, Selasa (14/10). Rapat dihadiri para mitra dapur penyelenggara MBG yang bermasalah, untuk menerima arahan Wakil Kepala BGN Nanik S Deyang, Kedeputian Sistem Tata Kelola dan Kedeputian Pemantauan dan Pengawasan BGN.
Sebab menurut Kepala BGN Dadan Hindayana, dari 11.592 SPPG yang telah beroperasi hingga hari ini, ratusan SPPG bermasalah telah dihentikan operasinya.
“Ada 106 SPPG yang dihentikan operasinya, sementara 12 lainnya masih dalam proses,” kata Dadan di Jakarta, Jumat (17/10).
Elisa, mitra dari Yayasan Hepi Berkah Bersaudara, Sidosari, Sidomulyo, Kecamatan Ungaran Timur, Semarang, mengaku senang mendapat arahan dari BGN dalam rapat koordinasi ini. Ia berharap, yayasannya bisa segera memenuhi seluruh anjuran, saran, dan semua SOP BGN. “Kami akan memperbaiki semua, agar bisa segera memberikan manfaat bagi masyarakat,” ujarnya.(Red)
Biro Hukum dan Humas
Badan Gizi Nasional









